Telegram senja yang kuterima cukup membuat aku memikirkan berbagai
kemungkinan. Isinya cukup padat, singkat, dan memancingbermacam-macam, tafsiran tentang keluarga yang jauh,Pulanglah! Kakek mau bertemu,titik,
Pada akhir keputusanku, aku mau pulang dengan jalan darat, memakai
kendaraan umum; bus, secara estafet. Kukira itulah jalan paling singkat yang harus kutempuh. Kalau aku memilih jalan udara,disamping uang tak cukup, juga ada persoalan lain berupa risiko yang harus aku hadapi.Risiko, apakah ada tempat kosong untuk keberangkatan besok atau kapan jadwal penerbangan yang tepat. Soalnya, kota tempat tinggalku cukup kecil, tapi disinggahi oleh penerbangan domestik yang seminggu entah berapa kali datangnya.
Aku sudah memperhitungkan jika segalanya beres, dengan jalan darat, dua hari aku bisa sampai. Jika ada yang tak beres, entah berapa hari, aku baru tiba disana.Tetapi, aku berharap semuanya beres.
Memang, keinginan untuk cepat mengetahui masalah, menggebu-gebu dalam benakku. Tetapi, aku juga harus memperhitungkan segi akonomi. Maklumlah, aku belum berpenghasilan dan kiriman dari rumah selalu saja pas-pasan. Tak ada kemungkinan untuk menabung, menyisakan uang. Apa boleh buat, aku belajar pasrah setelah usaha maksimal yang kutempuh tak berhasil.
Dalam mengatur kehidupanku, aku harus seuaikan dengan kemampuan yang ada. Itu pesan kakek. Malahan katanya,kesederhanaan adalah”pengecapan” hidup yang makin terasa meresap. Ucapan kakek ini belum bisa kujiwai dengan mantap.
Rasanya tampak seperti slogan dan tak masuk akal dengan kenyataan hidup.
Terbayang wajah kakek, kerutnya yang jelas dan kulitnya yang sudah layu pertanda kakekku memang sudah berusia lanjut. Tetapi ,yang mengherankan ialah tatapan matanya. Sinarnya masih jernih, tangkas, dan cerdas. Penuh kebijaksanaan. Selalu kuingat kata-kata dan perbuatannya yang dalam kesederhanaan hidup akan terasa lebih mantap.
Kebijaksanaan bisa dibiasakan dengan melatih hidup dalam kesederhanaan. Dan, kesederhanaan itu bisa menambah kepribadian yang jernih karena semuanya itu ditentukan oleh perbuatan kita. Bukan oleh apa yang kita ucapkan. Kata-katanya itu selalu kuingat, hanya belum dapat kuhayati. Paling tidak, pesannya itu dapat aku pakai sebagai penghibur hidup dikala susah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar