Welcome to Chaky Blogspot

Rabu, 03 Maret 2010

Hadiah Terbaik

Sudah beberapa minggu ini, sikap dan tingkah laku Dina tidak ceria
dan lincah seperti biasanya. Dina lebih sering menyendiri dalam kelas. Cuma membaca dan mengerjakan soal. Yang paling mengherankan, Dina meninggalkan semua kegiatan rutinnya. Dina keluar dari klub basket, renang, dan kempo.

Perubahan yang terjadi membuat teman-teman dan sahatnya heran. Mengapa Dina menjadi pendiam.
Sepengetahuan mereka, Dina tak punya masalah yang dapat membuatnya berubah. Kedua orang tua Dina cukup berada, pasti bisa memenuhi semua kebutuhan anaknya atau punya masalah dengan saudara sekandung? Lebih tak mungkin lagi, sebab Dina anak tunggal. Masalah dengan pacar. Mustahil. Baru kelas 2 SMP, lagian Dinanya kan tomboy.
Mereka sering menanyakan pada Dina, tetapi jawaban Dina cuek dan tak masuk akal.
“Tahu nih, gw sendiri bingung, kenapa ya gw bisa berubah?” Tak ada yang mengerti maksud jawabannya.
Dina ingin belajar dan memperbaiki semua nilai yang telah dirusaknya.
Dina jago dalam olahraga. Semua kejuaraan bola basket dan kempo yang pernah diikutinya selalu membuahkan hasil. Bahkan dia ikut rally mobil. Celakanya, kegiatan yang dilakukannya selama ini berpengaruh dalam prestasi belajarnya. Dalam pelajaran sekolah, Dina cuek. Semua pelajaran dianggapnya membosankan.
Begitu rapor dibagikan, nilai merahnya membuat Dina kecewa. Dina takut memberikan rapornya kepada orang tuanya. Kawatir orang tuanya kecewa. Ia tau betapa sayangnya kedua orang tuanya kepadanya. Mau memberikan kebebasan untuk melakukan apa saja yang diinginkannya.
Mereka selalu memberi dan terus memberi. Tanpa minta balasan.
Inikah yang pantas dia berikan kepada mereka? Dari itulah Dina berubah. Dia inggin menjadi anak rajin serta ingin memberikan hadiah yang terindah bagi orang tuanya. Dina sering memberikan hadiah berupa kemenangan-kemenengannya, tapi bukan itu hadiah yang terindah untuk mereka.
Dina ingin membuktikan, dia bisa memperbaiki kesalahannya yang satu ini.
Usaha Dina untuk yang satu ini tidak sia-sia. Sama seperti usaha-usahanya yang dulu.
Ma, mungkin inilah hadiah yang terbaik yang bisa Dina berikan. Dina gak akan mengecewakan Mama dan Papa lagi. Dina janji.”
Ibunya hanya mengelus kepalanya dan berkata lirih, “Dina kamu tak pernah mengecewakan kami, kami selalu bangga padamu, Din. Tapi memang benar bahwa inilah hadiah yang terbaik dan terindah yang kamu berikan pada kami. Kami mau kau tak berhenti meraih kemenangan-kemananganmu. Kami percaya janjimu, Din.Kami bangga padamu.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar